Friday, December 21, 2007

Seks Kok Bisa Bosan, Sih?

Bila hubungan seksual suami-istri sudah menjadi rutin atau bahkan membosankan, suatu inisiatif untuk menghangatkan gairah sangat diperlukan. Di sini, kepekaan suami-istri akan kebutuhan pasangannya sangat memegang peran.
Pernikahan memang tidak dilembagakan hanya untuk kepentingan seks. Banyak pasangan yang disebabkan oleh berbagai alasan, terpaksa tidak bisa melaksanakan hubungan seksual sesuai kebutuhan. Sebaliknya pasangan lain, juga disebabkan oleh berbagai alasan, sudah merasa tak bergairah lagi untuk melaksanakan hubungan intim tersebut dengan pasangannya sendiri.

Meski bukan segala-galanya, peran hubungan seksual sangat menentukan dalam hidup suami istri. Bahkan, boleh dibilang kehidupan seksual merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan perkawinan. Dalam suatu perkawinan, seksualitas tidak hanya memiliki dimensi prokreasi, yaitu upaya menghasilkan keturunan sebagai generasi penerus, tetapi juga dimensi rekreasi dan dimensi relasi. Dengan kata lain, kehidupan seksual dalam perkawinan berfungsi penting untuk menikmati kesenangan bersama, serta sebagai pengikat yang lebih mempererat hubungan pribadi suami istri di dalam suatu institusi perkawinan.





Namun, sedikit atau tidak adanya hubungan seksual oleh suami-istri dalam suatu ikatan perkawinan, tentu saja tidak bisa dijadikan alasan bagi seorang suami atau seorang istri untuk menemukan dan memuaskan hasrat di tempat lain. Justru, kehidupan seksual di dalam perkawinan itu harus selalu dibina oleh suami-istri bersama-sama supaya tujuan perkawinan itu sendiri, yaitu hidup bersama dalam suatu ikatan jangka panjang yang bahagia, harmonis, saling mendukung, dan saling melengkapi bisa dicapai atau didekati. Tujuan ini tak akan pernah bisa diperoleh dengan begitu saja, tetapi perlu diupayakan terus-menerus sepanjang hidup.

Dahulukan Pasangan

Untuk kepentingan itu, ada banyak cara yang bisa dilakukan. Bila masalah pokoknya adalah gangguan fungsi seksual, para ahli sudah siap dengan beragam solusi. Cukup ajak saja pasangan kita ke tempat praktik para ahli untuk bersama-sama berkonsultasi, ungkapkan dengan jelas persoalan yang kita hadapi, dan ikuti saran-saran yang dianjurkannya. Namun, bila kita tidak mengalami gangguan fungsi seksual, barangkali kepekaan kita untuk memedulikan kebutuhan pasangan saja yang perlu kita tingkatkan.

Salah satu semangat yang bisa kita pegang untuk meningkatkan kepekaan pada kebutuhan pasangan adalah dengan mengingat kembali nasihat yang lazim terdengar setiap kali kita menghadiri suatu akad pernikahan. Nasihat itu berbunyi: "Apa pun persoalan yang kita hadapi dalam hidup berumah-tangga, sikap yang harus dipilih adalah dahulukan kepentingan pasangan kita."
Maksudnya adalah, bila di dalam berrumah-tangga terjadi konflik kepentingan yang di dalamnya melibatkan kepentingan pasangan, dalam mengambil sikap, kita harus tetap menomorsatukan pasangan kita.





Boleh juga kita terjemahkan pesan itu dengan: serepot apa pun kita harus mengurusi kepentingan anak, kepentingan kantor, kepentingan sosial, dan kepentingan hidup lainnya, selalu sediakan waktu untuk kepentingan pasangan kita. Prinsipnya sama dengan saat masih pacaran. Tidak ada yang terlalu baik atau terlalu mahal bagi pasangan kita. Semangatnya, semua bisa kita upayakan. Bunga, tamasya, baju bagus, perilaku santun, makan di restoran mahal, semua siap kita upayakan demi kekasih kita.

Tingkatkan Kemesraan

Semangat itulah yang perlu terus kita pelihara untuk menjaga bara asmara agar terus menyala. Tidak perlu harus berkobar-kobar, asal cukup panas sehingga bisa tetap membakar semangat untuk menikmati hidup bersama. Untuk itu, dari berbagai buku juga bisa dibaca berbagai rumusan para ahli.
Karena hampir pasti Anda sendiri cukup kreatif dalam urusan ini, untuk sekadar inspirasi, gagasan dari buku Going the Distance: Secreets to Lifelong Love, karya Lonnie Barbach, Ph.D, dan David L. Geisinger, Ph.D, berikut ini mungkin bisa dijadikan pemicu.

Gagasan pokok buku itu adalah, jangan tinggalkan apa yang sudah kita mulai. Setelah berjuang keras membuka suatu usaha, tentu saja kita tidak bisa hanya menengoknya seminggu sekali. Dibutuhkan waktu dan perhatian tiap hari untuk mengembangkannya. Jadi, selalu sediakanlah waktu bagi pasangan kita meski itu tidak selalu berarti harus diikuti dengan hubungan seksual.

Supaya kita tidak mudah menjadi jemu dalam mengupayakan itu, sikap mesra perlu pula kita tambahkan sebagai bumbu penyedap. "Menjaga agar cinta tetap menyala, butuh perhatian yang seksama atas berbagai hal yang bisa meningkatkan kemesraan seperti bergurau, berhubungan seks, kegiatan sosial, berlibur, bertualang, bermimpi, dan bercumbu," tulis buku itu.





Memang tidak semua orang mudah bersikap mesra, tetapi ungkapan mesra tak perlu muluk-muluk. Cukup isyaratkan bahwa kita peduli pada pasangan kita, bisa lewat telepon, surat cinta, puisi, atau apa saja, sudah lebih dari cukup. Bila pada pacar kita, eh maksudnya, bila pada masa pacaran kita mampu melakukan semua itu, setelah sekian lama hidup bersama seharusnya kita menjadi semakin ahli. Masalahnya cukup kuat atau tidak niat kita untuk mengupayakan itu?

No comments: