Wednesday, December 5, 2007

Seks Bukan Hanya untuk Suami

Konsultasi dengan Prof.Dr.Wimpie Pangkahila, Sp.And

"Saya seorang wanita, sudah setahun menikah, dan punya masalah disfungsi seksual. Masalahnya, saya tidak merasakan excitement selama ini jika ’kumpul’ sama suami. Sensasi hebat, rasa nikmat yang selama ini saya baca dari buku-buku, sama sekali tidak saya rasakan.

Sebenarnya sudah bisa menikah dengan orang yang saya cintai saja saya sudah bahagia. Kalaupun saya tetap ’mati rasa’ seumur hidup, rasanya juga saya tidak apa-apa, pokoknya niat menikah untuk ibadah. Saya sudah cukup bahagia bisa berdekatan dengan suami. Selama ini, itulah kenikmatan yang saya rasakan.

Masalahnya, tanpa punya sensasi yang selama ini saya pikirkan, saya jadi nggak bisa punya drive untuk menyenangkan suami. Saya tidak punya feeling harus merespons bagaimana dan harus berbuat apa untuk mencapai kondisi maksimal atau paling tidak membuat suami saya sangat sangat puas. Kalau ditanya berapa lama lagi saya bisa mencapai puncak, rasanya bagaimana, wah saya tidak bisa ngomong apa-apa.

Saya tidak tahu apa nama penyakit saya ini, dan harus ditangani bagaimana, dan apakah bisa diobati. Kalau dibilang frigid, rasanya terlalu ekstrem juga, soalnya saya bukannya 100 persen mati rasa. Saya masih bisa ’on’ kalau disentuh, dan mengalami mungkin tahap awal dan grafik kenikmatannya menaik. Namun, memuncaknya (yang pasti saya tahu itu bukan orgasme) di saat awal penetrasi.

Buat orang lain mungkin awal penetrasi adalah "when the ecstasy starts working", tetapi buat saya, awal penetrasi justru ’when the joy ends’. Bagaimana mengatasi masalah saya ini?
L.L., Cirebon


Mengganggu Perkawinan
Sebelum saya mencoba menjelaskan apa yang mungkin terjadi pada diri Anda, saya tertarik pada pernyataan Anda, "kalaupun saya tetap mati rasa seumur hidup, rasanya juga saya tidak apa-apa, pokoknya niat menikah untuk ibadah".

Tentu saja terserah setiap orang, termasuk Anda, untuk memaknai arti kehidupan seksual di dalam perkawinan. Mungkin Anda beranggapan tidak masalah Anda mati rasa selamanya karena mungkin Anda hanya akan berfungsi melayani suami dan melahirkan. Namun, saya pikir justru anggapan seperti itulah yang semakin memperburuk masalah yang kini Anda alami.

Masalahnya, kehidupan seksual di dalam perkawinan adalah kehidupan bersama suami istri. Sebagai dua individu yang bersepakat menjadi satu, pasangan harus membangun kehidupannya agar harmonis dan bahagia, termasuk kehidupan seksual.

Kalau kehidupan seksual tidak harmonis, salah satu aspek dalam perkawinan menjadi terganggu. Karena itu, banyak perkawinan yang terganggu keutuhannya akibat kehidupan seksual yang tidak harmonis, disadari atau tidak oleh yang bersangkutan.

Tidak Ada Frigid
Kalau Anda merasa tidak tahu bagaimana harus merespons aksi seksual suami, tentu itu disebabkan Anda sendiri tidak mengalami reaksi seksual. Berdasarkan uraian Anda saya hanya dapat menduga gangguan fungsi seksual apa yang Anda alami.

Mungkin Anda mengalami hambatan bangkitan seksual, sehingga perlendiran vagina dan ereksi klitoris tidak berlangsung normal. Sebagai akibatnya, orgasme Anda terhambat. Kemungkinan lain, Anda memang mengalami hambatan orgasme, sedangkan bangkitan seksual normal.

Untuk memastikan, tentu diperlukan evaluasi dan pemeriksaan yang benar oleh ahli seksologi. Langkah pertama harus diketahui jenis gangguan fungsi seksual apa yang Anda alami. Setelah itu harus dicari apa penyebabnya, dan barulah dapat ditentukan pengobatannya. Bukan tidak mungkin penyebab gangguan fungsi seksual ada di pihak suami, bukan Anda.

Yang pasti, secara ilmu pengetahuan, tidak ada gangguan fungsi seksual yang disebut ’frigid’. Dalam klasifikasi terkini disfungsi seksual wanita, istilah ini tidak dikenal. Andaikata masih ada media atau buku atau penjelasan dari siapa pun yang menggunakan istilah itu, berarti tidak mengikuti perkembangan ilmu seksologi.

Jadi saya harap Anda tidak terganggu oleh informasi yang salah tentang disfungsi seksual. Saya sarankan Anda tidak membiarkan masalah ini berlangsung lebih lama karena dapat menimbulkan akibat buruk.

No comments: