Saturday, May 23, 2009

25% Pria Kota Besar Pernah Selingkuh


Sekitar 25% pria yang sudah menikah khususnya yang tinggal di kota besar seperti Jakarta pernah berselingkuh, dan 15% perempuan yang berselingkuh adalah mereka yang sudah bekerja dengan alasan lebih bersifat emosional, seperti cinta (love) dan mendapat perhatian (care).

Data kasus perselingkuhan itu diambil berdasarkan hasil sejumlah lembaga survei, kata Psikolog Universitas Indonesia (UI) Yudiana Ratnasari, Msi dalam dialog interaktif tentang memahami titik kritis sepanjang rentang kehidupan laki-laki dan perempuan menuju pembentukan keluarga hamonis yang dikuti ratusan anggota Dharma Wanita Persatuan BKKBN dan karyawati BKKBN di Jakarta, Selasa (19/5).

Menurut dosen Fakultas Ilmu Psikologi (FPsi) UI itu, alasan pria sudah menikah berselingkuh karena alasan petualangan seksual, mengatasi kebosanan dengan pasangannya di rumah, ingin mendapatkan pelayanan seksual yang lebih baik, serta ingin lebih sering melakukan hubungan seksual.

"Pasangan suami istri yang telah melewati usia perkawinan lebih dari 10 tahun mulailah untuk kembali mengisi kembali (charge) rasa cinta, agar perkawinan lebih dinamis dan ada riak cinta yang membuat hubungan tetap romantis, sehingga dapat dicegah upaya berselingkuh di antara suami dan isteri. Biasanya jika segala sesuatu berjalan seperti mesin, hubungan suami istri tidak lagi melibatkan passion (hasrat). Semata-mata dilakukan karena kewajiban, sehingga segala sesuatu berjalan seperti robot," katanya.

Umumnya, pria juga secara lebih terbuka mengungkapkan apa yang ia ingin saat berhubungan intim dengan istrinya dibandingkan dengan perempuan. Bagi pria ML juga merupakan salah satu pengungkapan sisi kejantanan, sedangkan untuk wanita hanya sebagai kewajiban sebagai istri.

"Akibatnya, selama suami puas, ya tidak apa-apa toh? Ini pengabdian. Perempuan lebih sopan, pasif, nrimo` dalam hal hubungan seksual," katanya.

Oleh karena itu, katanya, para suami dan istri perlu melakukan komunikas yang efektif dalam hal hubungan intim, sehingga tidak menjadi pemicu berselingkuh.

Yudiana menambahkan, hal yang menjadikan sumber konflik pada perkawinan umumnya menyangkut, masalah keuangan, ketidakpuasan terhadap kehidupan seksual, masalah pengasuhan anak, berkurangnya rasa cinta, masalah dalam keluarga besar (saudara), perselingkuhan, masalah komunikasi yang efektif.

Kehidupan manusia terbagai atas empat kwadran, yaitu usia nol hingga 20 tahun sebagai masa anak-anak, usia 20-40 tahun sebagai masa dewasa muda, usia 40-60 tahun sebagai dewasa madya, dan usia 60 tahun ke atas sebagai masa tua.

"Bagi pria dan wanita pada usia dewasa madya adalah munculnya yang disebut krisis paruh baya (midlife crisis) yang biasanya pada pria ditandai dengan fokus pada pekerjaan sehingga membuat aspek lain dari perkawinan sering terabaikan, menurunnya nafsu seksual, misalnya rambut mulai rontok, dan mengalami serangan jantung pertama," jelasnya.

Hal yang sama juga terjadi pada wanita, seperti munculnya gejala menopause. Gangguan emosional seringkali dikeluhkan, seperti depresi, kemurungan suasana hati (moodiness), bahkan keluhan fisik layaknya susah tidur (insomnia) terjadi pada wanita yang mengalami menopause. Satu tahun sebelum masa menopause umumnya fungsi hormonal mengalami perubahan ibarat permainan roller coaster.

No comments: