The seven years itch merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan rumah tangga yang collapse pada usia pernikahan yang ketujuh tahun. Gejala ini mencuat pertama sekali di eropa ketika munculnya angka perceraian yang tinggi. Salah satu faktor pemicu timbulnya fenomena ini adalah faktor kebosanan yang berkaitan dengan aktivitas seksual pada pasangan menikah.
Pikirdong berusaha mengupas masalah ini yang sangat jarang disingggung oleh media dan peneliti; faktor-faktor dibalik munculnya faktor kebosanan tersebut. Banyak sekali faktor-faktor yang sebenarnya menjadi pemicu terjadinya keretakan dalam rumah tangga, bahkan beberapa faktor yang pernah disebutkan sebenarnya juga bukanlah faktor inti dari masalah yang sebenarnya. Artikel ini akan membahas faktor spesifik munculnya sindrome tersebut.
Angka perceraian terus meningkat di beberapa negara seperti China, Amerika Serikat, atau bahkan di beberapa wilayah di Indonesia misalnya; Palembang mengalami kenaikan 2,7% sejak tahun 2004-2005 yakni 3.183 kasus (www.indomedia.com). Tingginya angka perceraian yang terus meningkat juga dilaporkan terjadi di beberapa wilayah seeprti Sidoarjo, Malang, jember, Banyuwangi dan Kediri (www.depag.go.id)
Aktivitas seksual merupakan hal yang menyenangkan dan memberikan kenyamanan bagi pria dan wanita, akan tetapi ternyata aktivitas ini justru memberi rasa bosan pada pasangan yang telah menikah pada usia memasuki usia 5-7 tahun. Aktivitas seks yang disebut-sebut dapat memberi kedamaian ternyata tidak menjamin kelangsungan dan keutuhan rumahtangga. teori bahwa seks memberikan rasa nyaman ternyata justru tidak berfungsi bila akumulasi pertengkaran terus saja meningkat dalam rumahtangga. Akan tetapi beberapa faktor lain justru muncul dalam aktivitas suami-istri itu. Sering kita membaca keluhan-keluhan yang terdapat dalam konsultasi seksologi di majalah-majalah;
1. Suami menderita ejekulasi atau bahkan impoten permanen sehingga bertahun-tahun istri tidak dapat merasakan orgasme yang diberikan oleh suaminya.
2. Suami atau istri merasa bosan karena tidak ada perubahan berarti dalam kehidupan seks mereka, sehingga salah satu dari pasangan melakukan perselingkuhan.
3. Dalam beberapa kasus pria mengeluh bahwa dinding vagina istrinya tidak yang mengalami perubahan setelah melahirkan 2 anak. Banyak wanita mencemaskan bahwa vagina tidak rapat lagi dapat menyebabkan suami merasa bosan dan berselingkuh saat berada diluar rumah
4. Seks tidak memberikan rasa kenyamanan lagi, atau menjadi salah satu sarana untuk mempererat hubungan intimasi dikeduabelah pasangan bercinta.
5. Bahkan dalam beberapa kasus, suami atau istri berterus terang tidak berminat lagi untuk melakukan hubungan seks dengan pasangannya!
Beberapa fakta yang terjadi secara global;
1. Jarak usia perkawinan yang terus bergeser sementara social gap semakin besar pula. Banyak pasangan melakukan usia pernikahan semakin jauh dari usia produktif, sementara dorongan-dorongan seksual terjadi secara terus menerus selama usia belum menikah akibat lingkungan sosial yang permisif terhadap seks bebas.
2. Revolusi seks. Revolusi seks telah menggeserkan nilai-nilai tradisi yang terdapat masyarakat. Berbagai informasi tentang seks yang mudah dapat diakses, seks bukanlah hal yang tabu untuk dibicarakan orang lagi di tempat-tempat umum.
3. Seks bukanlah hal yang sakral, melainkan eksploitasi seksual. Untuk mendapatkan kenikmatan seksual orang tidak perlu menikah lagi, melainkan dapat dilakukan dengan berbagai cara, pelacuran yang terdapat hampir seluruh pelosok kota, alat-alat bantu seks, dan berbagai cara lainnya
4. Daya rangsang indera seksual akan terus menurun seiring dengan pertumbuhan waktu dan usia.
Bagaimana semua itu dapat berhubungan dengan rasa bosan dalam pernikahan?
Masalah seksual sebenarnya adalah hal yang sangat kompleks, pengalaman dan pengetahuan orang tentang seks ternyata berbeda-beda. Tidak semua orang dapat merasakan seperti orang lain rasakan atau pengalaman-pengalaman yang dialami memberi kesan sangat luar biasa dengan pasangan bercintanya tidak akan sama dengan orang lain.
Dalam usia pernikahan aktivitas seks merupakan hal yang penting untuk meningkatkan hubungan cinta keduabelah pihak, aktivitas rutin ini terus dilakukan secara terus menerus selama usia pernikahan, maka bila telah menjadi suatu perilaku rutinitas maka nilai-nilai hubungan tersebut menjadi pudar, bahkan menjadi aktivitas untuk mengejar orgasme semata.
Bila seks dapat dengan mudah didapati diluar pernikahan maka tentunya aktivitas itu menjadi hal biasa bagi mereka yang sering melakukannya dengan pasangan bercintanya, padahal belum tentu pasangan cinta tersebut akan menikah nantinya, maka pengalaman seksual tersebut telah di eksploitasi terlebih dahulu.
Pengalaman cinta merupakan hal yang penting dapat mengikat rasa kangen diantara kedua suami-istri, kenangan mereka saat pertama sekali mengenal kenikmatan seks akan menjadi kekuatan-kekuatan di dalam diri mereka untuk terus bersatu dalam ikatan pernikahan. Anda bisa membayangkan bila ada pasangan bercinta hanya mengenal seks dari pasangannya yang sah, mereka akan membutuhkan bertahun-tahun mempertahankan cinta mereka, karena pengetahuan seks didapatkan dari dalam diri mereka sendiri, bukan dari pengalaman orang lain. Dan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mempelajari teknik bercinta, apa yang diinginkan oleh pasangannya, dan terpenting kondisi fisik waktu penurunan daya rangsang seksual pun menjadi lebih lama dalam usia pernikahan.
Bayangkanlah bagaimana Anda pertama sekali mendapatkan orgasme itu pertama sekalinya? Tubuh Anda akan bergetar merasa takjub dengan apa Anda rasakan saat itu, Anda seakan-akan tidak berada ditempat pijakan dimana tubuh Anda mengejang dan kaku. Bersama siapakah Anda waktu itu? Apakah Anda dapat mengulang kenikmatan itu kembali? Ternyata tubuh kita tidak bisa mengulangnya kembali, seiring semakin Anda merasakan kenikmatan seksual baik dengan pasangan cinta ataupun sendiri.
Apa yang dapat dilakukan?
1. Ubahlah persepsi hubungan seks itu untuk mendapatkan kenikmatan menjadi hubungan untuk dapat mengikat hubungan cinta kedua pasangan suami-istri.
Kompensasi:
Hubungan seksual tidak dinilai dari pencapaian orgasme atau tidak, pendekatan kedua pasangan secara intim lebih diutamakan sehingga adanya ikatan untuk saling menyayangi. Anda tidak perlu merisaukan bahwa anda tidak dapat mencapai orgasme sementara ini, tetapi anda masih mempunyai kesempatan di lain waktu.
2. Ubahlah jadwal bercinta Anda yang bersifat rutinitas.
Kompensasi:
Seks yang dilakukan secara rutinitas membuat Anda akan malas secara emosional, bagaimana tidak? Ini akan membuat Anda tidak kreatif dalam membuat suasana romantis, Anda akan terpaku pada jadwal yang telah direncanakan.
3. Tingkatkan komunikasi setelah bercinta
Kompensasi:
Banyak keluhan yang diungkapkan oleh wanita bahwa pria "enggan" berbicara dengan istrinya setelah melakukan aktivitas seks, pria lebih memilih untuk membalikan badannya lalu tidur. Hal ini karena pria membutuhkan peregangan urat-urat syarafnya setelah aktivitas yang menguras banyak energinya. Banyak hal sebenarnya dapat dilakukan oleh pria yang enggan berbicara secara verbal, tetapi pria dapat "berbicara" dengan memeluk istrinya, bercanda, mengusap dan sebagainya. Pria harus mengerti bahwa komunikasi inilah yang sebenarnya dibutuhkan oleh para istrinya.
4. Belajar seks bukanlah dari film porno!
Kompensasi:
Banyak pasangan yang telah menikah menonton adegan-adegan dari fim porno sebelum melakukan dengan dalih bahwa sebagai pembelajaran secara visual. Tidakkah Anda sadari bahwa dalam semua film selalu menggunakan teknik yang sama pula? Hal menarik yang dapat ditawarkan adalah belajar bersama menemukan teknik bercinta yang sama-sama disukai oleh keduabelah pihak. Banyak manfaat yang Anda temukan bila melakukan secara bersama, meningkat intimasi, pengalaman berharga yang ditemukan secara bersama, dan kenangan bersama yang mungkin tak bisa dilupakan!
5. Belajar mencintai pasangan
Kompensasi:
Mencintai pasangan berarti menerima pasangan secara fisik dan utuh, Anda tidak perlu memanjakan fantasi Anda dengan visual Anda bila kondisi fisik pasangan Anda tidak sesuai dengan kriteria Anda. Temukan kelebihan yang dimiliki oleh pasangan Anda, inilah tahap pembelajaran yang sangat sulit untuk dilakukan dibandingkan berselingkuh secara tersembunyi.
6. Jangan menggunakan alat bantu seksual!
Kompensasi:
Alat bantu seksual membantu untuk mendapatkan kepuasan (orgasme) semu, hal ini akan membuat Anda akan semakin tergantung pada alat tersebut karena alat bantu seksual seperti vibrator, dildo dan vaginator tersebut mempunyai daya tahan mesin yang berbeda dengan manusia yang akan terus menurun daya rangsang dan kemampuan seksualnya.
7. Pemenuhan kebutuhan antar pasangan dengan seimbang
Kompensasi:
Banyak konflik yang muncul dalam rumahtangga tidak diringi dengan komitmen untuk menyelesaikan masalah antar kedua-belah pihak, akibatnya setiap pasangan enggan untuk memenuhi kebutuhan pasangannya dan cenderung untuk menutupi diri. Pasangan menikah adalah pembelajaran untuk saling terus mengenal karakter paangannya dan mengerti akan peran masing-masing dan keinginan untuk terus belajar untuk perbaikan diri
Saturday, March 15, 2008
Seks Setelah 7 Tahun
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment