Saturday, January 31, 2009

Wah, Pria Tanpa Sensasi Erotis


Selama ini, gangguan fungsi seksual pada pria yang dikenal hanyalah disfungsi ereksi (impotensi) dan ejakulasi dini. Ternyata, ada pula yang disebut disfungsi orgasme yang membuat pria kehilangan sensasi erotisnya.

Menurut Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, dr Wimpie Pangkahila, gangguan fungsi seksual pada pria ada banyak macamnya. Selain impotensi dan ejakulasi dini, disfungsi seksual pria juga meliputi gangguan dorongan seksual, disfungsi ereksi, ereksi berkepanjangan, ejakulasi dini, ejakulasi terhambat, dan disfungsi orgasme.

Menurutnya, orgasme pada pria normal terjadi bersamaan dengan ejakulasi. Karena itu, ketika mengalami ejakulasi, pria juga merasakan kenikmatan seksual. Namun, dapat terjadi orgasme tanpa ejakulasi. “Ini berarti, ketika merasakan kenikmatan seksual, tidak terjadi ejakulasi,” kata Wimpie yang juga Ketua Program Magister Ilmu Kedokteran Reproduksi dan Program Magister Anti-Aging Medicine ini.

Sebaliknya, dapat pula terjadi ejakulasi tanpa diiringi orgasme. Ini berarti, ketika mengalami ejakulasi, tidak terasa kenikmatan seksual. Inilah yang terjadi pada pria yang mengalami disfungsi orgasme. “Kalau benar Anda tidak merasakan kenikmatan seksual ketika mengalami ejakulasi, berarti Anda mengalami disfungsi orgasme,” ujarnya.

Jadi bisa disimpulkan, gangguan orgasme adalah suatu kondisi terhambatnya orgasme yang bersifat persisten setelah memasuki fase rangsangan (excitement phase) selama melakukan aktivitas seksual. Kendati demikian, pria yang mengalami hambatan orgasme tetap dapat mencapai ereksi dan ejakulasi. Hanya sensasi erotisnya saja yang tidak dapat dirasakan.

Menurutnya, disfungsi orgasme dapat terjadi karena penyebab fisik, yaitu penyakit saraf pusat seperti multipel sklerosis, parkinson, huntington’s chorea, dan akibat operasi di bagian tulang belakang bawah. Termasuk juga akibat penggunaan obat anticemas dan penenang. Penyebab lain yang bersifat psikis juga bisa terjadi, seperti kecemasan, perasaan takut menghamili, dan kejemuan terhadap pasangan.

Selama ini, masalah hambatan orgasme kurang mendapat perhatian. Bahkan, dalam beberapa buku acuan, hambatan orgasme tidak disebut atau disamakan dengan ejakulasi terhambat. Padahal, pria yang mengalami hambatan orgasme tidak mengalami hambatan ejakulasi.

Berdasarkan pengalaman klinis, lanjut Wimpie, pria yang mengalami disfungsi orgasme pun tidak sebanyak wanita. Hal ini sesuai dengan pengalaman di negara lain. “Dalam pengalaman menangani pasien disfungsi seksual selama 11 tahun terakhir, saya hanya menerima lima pasien dengan keluhan disfungsi orgasme,” tuturnya.

Karena ada beberapa jenis disfungsi seksual, tuturnya, pengobatan unutk setiap jenis disfungsi tidak sama. Artinya, pengobatan disfungsi orgasme pasti tidak sama dengan pengobatan disfungsi ereksi atau gangguan dorongan seksual dari yang lain.

Ia pun menyarankan untuk mengatasi penyebabnya terlebih dulu dalam mengatasi hambatan orgasme karena penyakit. “Kalau obat tertentu yang menjadi penyebabnya, penggunaannya harus dihentikan. Pada disfungsi orgasme karena penyebab psikis, diperlukan terapi perilaku (behavioral therapy),” ujarnya.

Ia pun menganjurkan untuk berkonsultasi lebih jauh dengan dokter spesialis andrologi atau seksologi untuk mendapat penanganan. Yang pasti, penanganan disfungsi orgasme pastilah tidak sama dengan penanganan untuk disfungsi ereksi atau ejakulasi dini.

No comments: