Linda (27 tahun) mengaku suka melakukan hubungan intim dimana dia memilih posisi atas. Sayangnya, suami tak mampu meraih orgasme saat Linda berada di atas. Ini sebuah kondisi yang tak mengenakkan baginya, pasalnya suami suka berpura-pura orgasme untuk menyenangkan hatinya.
"Bukankah itu tidak normal jika sampai suami gagal mencapai puncak. Apa yang harus saya lakukan?" ujarnya.
Kalau mau jujur, woman on top memang posisi yang amat diidamkan perempuan, karena kita bisa mengontrol gerakan sekaligus mengendalikan kedalaman penetrasi. Meki terasa nikmat bagi perempuan, namun kadangkala tidak bagi pasangan. Sebenarnya tak ada yang salah dengan itu. Jika pasangan gagal mencapai orgasme, sebabnya bisa karena faktor psikologis atau fisik. Namun dalam seks, hal yang paling penting bagi kedua pihak adalah mencapai orgasme atau kepuasan seksual. Tak masalah mau posisinya seperti apa.
Nah, merujuk pada kalimat bijak di atas, ada sebuah teori yang dapat menjawab pertanyaan Linda: Pasangannya kemungkinan dapat mencapai orgasme dengan posisi woman on top pada suatu waktu, namun jika pada masa tertentu tidak bisa, barangkali ada tekanan yang dirasakannya.
Atau, bisa juga dia merasa surprise dengan posisi Anda di atas untuk pertama kalinya, sehingga berusaha menyenangkan hati agar tak mencapai ejakulasi terlalu cepat. Maka, si dia menahankannya. Nah, pada saat giliran untuk orgasme, ternyata dia gagal membangkitkannya. Kali lain, pria akan merasa cemas, apakah akan 'gagal' mencapai orgasme saat istri meminta posisi di atas. Kecemasan memikirkan berhasil-tidaknya mencapai puncak sudah cukup menjadi pemicu kegagalan orgasme lho. Jika ini yang terjadi, sebaiknya saat Anda mencapai orgasme, gantilah posisi. Minta pasangan di atas tubuh Anda, sebagaimana biasa, yaitu posisi misionaris. Pria akan lebih mengontrol gerakannya dengan posisi ini, termasuk kedalaman penetrasi maksimal.
Sebaiknya bicarakan secara terbuka, minta pasangan berkata jujur. Toh anda bukan orang lain. Sekali-kali tak mencapai orgasme, sepanjang dia tak komplain, tak masalah kan. Tujuannya mungkin memang untuk 'melayani' Anda, sekali-kali.
"Bukankah itu tidak normal jika sampai suami gagal mencapai puncak. Apa yang harus saya lakukan?" ujarnya.
Kalau mau jujur, woman on top memang posisi yang amat diidamkan perempuan, karena kita bisa mengontrol gerakan sekaligus mengendalikan kedalaman penetrasi. Meki terasa nikmat bagi perempuan, namun kadangkala tidak bagi pasangan. Sebenarnya tak ada yang salah dengan itu. Jika pasangan gagal mencapai orgasme, sebabnya bisa karena faktor psikologis atau fisik. Namun dalam seks, hal yang paling penting bagi kedua pihak adalah mencapai orgasme atau kepuasan seksual. Tak masalah mau posisinya seperti apa.
Nah, merujuk pada kalimat bijak di atas, ada sebuah teori yang dapat menjawab pertanyaan Linda: Pasangannya kemungkinan dapat mencapai orgasme dengan posisi woman on top pada suatu waktu, namun jika pada masa tertentu tidak bisa, barangkali ada tekanan yang dirasakannya.
Atau, bisa juga dia merasa surprise dengan posisi Anda di atas untuk pertama kalinya, sehingga berusaha menyenangkan hati agar tak mencapai ejakulasi terlalu cepat. Maka, si dia menahankannya. Nah, pada saat giliran untuk orgasme, ternyata dia gagal membangkitkannya. Kali lain, pria akan merasa cemas, apakah akan 'gagal' mencapai orgasme saat istri meminta posisi di atas. Kecemasan memikirkan berhasil-tidaknya mencapai puncak sudah cukup menjadi pemicu kegagalan orgasme lho. Jika ini yang terjadi, sebaiknya saat Anda mencapai orgasme, gantilah posisi. Minta pasangan di atas tubuh Anda, sebagaimana biasa, yaitu posisi misionaris. Pria akan lebih mengontrol gerakannya dengan posisi ini, termasuk kedalaman penetrasi maksimal.
Sebaiknya bicarakan secara terbuka, minta pasangan berkata jujur. Toh anda bukan orang lain. Sekali-kali tak mencapai orgasme, sepanjang dia tak komplain, tak masalah kan. Tujuannya mungkin memang untuk 'melayani' Anda, sekali-kali.
No comments:
Post a Comment